MUSEUM KERETA API AMBARAWA
Pemberhentian Lokomotif Tua yang Masih Bertenaga
Seorang peramal terkenal pada masa Kerajaan Kediri,
Jayabaya, pernah berujar, "mbesuk yen ana ramening jaman, Tanah Jawa
bakal sabukan wesi" (suatu saat jika zaman sudah ramai, Tanah Jawa akan
berikatpinggangkan besi). Pertengahan abad ke-19 prediksi itu terbukti
benar. Jalur kereta api mulai dibangun untuk pertama kalinya di Jawa
pada tahun 1864 dan terus dibangun di sepanjang pulau sehingga menjadi
ikat pinggang yang mempersatukan Jawa. Kereta api sebagai alat
transportasi massal memberi ruang bagi orang-orang di bagian barat,
tengah, dan timur Jawa untuk saling mengenal dan bertegur sapa.Saat YogYES tiba di Museum Kereta Api Ambarawa, suasana tidak begitu ramai sebab hari sudah beranjak sore. Bangunan tua menyerupai lokomotif dan gerbong kereta yang dahulu berfungsi sebagai kantor stasiun menyambut siapapun yang datang. Saat ini bangunan tersebut berfungsi sebagai ruang pamer, tempat menyimpan beberapa koleksi museum seperti pesawat telepon kuno, mesin ketik, mesin hitung, mesin telegram,stempel karcis, hingga beragam topi masinis. Selain itu, terdapat foto-foto tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Di sisi kiri dan kanan bangunan berjajar kursi kayu tua yang nyaman untuk menikmati segarnya angin sore. Sekumpulan bocah lelaki nampak asyik bermain bola di antara rel, lokomotif tua, dan lori wisata. Pada musim liburan, akhir pekan, atau banyak kunjungan wisatawan, kereta lori wisata dengan kapasitas 15 - 20 penumpang akan dijalankan menyusuri rel Ambarawa - Tuntang. Sayangnya saat YogYES datang lori wisata tersebut sedang tidak beroperasi.
Bersebelahan dengan lori terdapat gerbong kereta uap berwarna hijau dengan ornamen kuning. Biasanya gerbong berkapasitas 80 orang itu ditarik oleh loko B5202 atau B5203 yang merupakan lokomotif tua buatan Maschinenfabriek Esslingen, Jerman. Meskipun sudah tua, lokomotif yang hanya tersisa di tiga tempat di dunia tersebut masih sanggup menarik gerbong kereta dan mendaki pengunungan menuju Stasiun Bedono. Tarifnya yang mahal untuk sekali keberangkatan sebanding dengan pengalaman yang diperoleh saat naik kereta api uap bergerigi ini. Di sepanjang jalan, mata Anda akan dimanja dengan lanskap menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu, serta Rawa Pening di kejauhan. Tak hanya bertamasya naik kereta semata, perjalanan ini sekaligus menjadi napak tilas jejak perkeretaapian di Indonesia.
MUSEUM KERETA API AMBARAWA
Pemberhentian Lokomotif Tua yang Masih Bertenaga
Seorang peramal terkenal pada masa Kerajaan Kediri,
Jayabaya, pernah berujar, "mbesuk yen ana ramening jaman, Tanah Jawa
bakal sabukan wesi" (suatu saat jika zaman sudah ramai, Tanah Jawa akan
berikatpinggangkan besi). Pertengahan abad ke-19 prediksi itu terbukti
benar. Jalur kereta api mulai dibangun untuk pertama kalinya di Jawa
pada tahun 1864 dan terus dibangun di sepanjang pulau sehingga menjadi
ikat pinggang yang mempersatukan Jawa. Kereta api sebagai alat
transportasi massal memberi ruang bagi orang-orang di bagian barat,
tengah, dan timur Jawa untuk saling mengenal dan bertegur sapa.Saat YogYES tiba di Museum Kereta Api Ambarawa, suasana tidak begitu ramai sebab hari sudah beranjak sore. Bangunan tua menyerupai lokomotif dan gerbong kereta yang dahulu berfungsi sebagai kantor stasiun menyambut siapapun yang datang. Saat ini bangunan tersebut berfungsi sebagai ruang pamer, tempat menyimpan beberapa koleksi museum seperti pesawat telepon kuno, mesin ketik, mesin hitung, mesin telegram,stempel karcis, hingga beragam topi masinis. Selain itu, terdapat foto-foto tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Di sisi kiri dan kanan bangunan berjajar kursi kayu tua yang nyaman untuk menikmati segarnya angin sore. Sekumpulan bocah lelaki nampak asyik bermain bola di antara rel, lokomotif tua, dan lori wisata. Pada musim liburan, akhir pekan, atau banyak kunjungan wisatawan, kereta lori wisata dengan kapasitas 15 - 20 penumpang akan dijalankan menyusuri rel Ambarawa - Tuntang. Sayangnya saat YogYES datang lori wisata tersebut sedang tidak beroperasi.
Bersebelahan dengan lori terdapat gerbong kereta uap berwarna hijau dengan ornamen kuning. Biasanya gerbong berkapasitas 80 orang itu ditarik oleh loko B5202 atau B5203 yang merupakan lokomotif tua buatan Maschinenfabriek Esslingen, Jerman. Meskipun sudah tua, lokomotif yang hanya tersisa di tiga tempat di dunia tersebut masih sanggup menarik gerbong kereta dan mendaki pengunungan menuju Stasiun Bedono. Tarifnya yang mahal untuk sekali keberangkatan sebanding dengan pengalaman yang diperoleh saat naik kereta api uap bergerigi ini. Di sepanjang jalan, mata Anda akan dimanja dengan lanskap menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu, serta Rawa Pening di kejauhan. Tak hanya bertamasya naik kereta semata, perjalanan ini sekaligus menjadi napak tilas jejak perkeretaapian di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar